Terbunuh. Kumpulan tentara menghajar habis-habisan ayahku
yang tidak salah apa apa. Aku hanya bisa melihat dari retakan tembok rumahku. Aku
masih 4 tahun. Ayah hanya meninggalkanku sebuah pisau dua mata yang sudah
banyak dia buat. Aku takut.
04.30 AM
“OJANNN!!! SINI KAMU!” suara ibu
membangunkanku saat sedang enak-enaknya tidur. “OJANNNN!!! CEPAT!!” tambahnya. ‘oojan
cepat’ tiruku mengejek sambil berusaha turun dari tempat tidur. Menjadi anak
tunggal emang ngeselin. Umurku sudah
20 tahun, tapi hidup masih gini gini aja. Harus
kuliah, pr numpuk, pacar ga dapet dapet, dan yang paling bikin males, ibu selalu
nyuruh aku... “OJAAA..” , “IYAAAA MAMAAAAAHHHHH!!!!!!! BENTARRR OJAN BARU
BANGUN! SABAR DIKIT NAPA SIH!?” teriakku dengan emosi yang udah ga kekontrol. “yaudah
sih, biasa aja dong” kata ibuku yang kayanya jadi takut. Huh... ini masih jam
setengah lima, tetangga tetangga aja masih pada tidur. Aku? Harus nyuci baju,nyuci
piring, nyapu, abis itu mandi buat kuliah, abis kuliah kerja, malemnya kerjain
pr. PUSING!!
02.00 PM
Tadi dosen apa apaan sih...
nyuruhnya ngerjain sampe nomer 45 aja, eh malah ditagih 200! Dasar bapak kumis
tebel! . Habis kuliah aku kerja jadi pelayan di restoran ramen. Padahal aku
pengen jadi gojek aja, cuma boro boro punya motor, sepeda aja rusak mulu. Harusnya
sih gak kaya gini. Harusnya ayah yang kerja, hmmm... jadi ingat kejadian itu. Apa
sih masalah tentara tentara itu sampai menghajar ayah? Dia selalu dirumah ko,
dia tidak mungkin melakukan kejahatan.
04.30 PM
Akhirnya selesai juga. Berkerja
membuatku ingat dengan ayahku lagi. Tidak begitu banyak memori sebenarnya tapi
entah kenapa perasaan ini selalu dekat denganku. Maaf ayah, aku gabisa apa apa waktu
itu. Eh... kijang? Seekor kijang tiba tiba menatapku 10 meter didepanku.
Aku terpaku, kebingungan. Loh, kok kijang bisa ada di komplek kaya gini?
Aku terdiam, kijang itu pergi dengan sendirinya. Dia pergi kearah hutan. Hm..
dunia memang aneh... aku pun pulang.
04.30 AM
“OJAAANNNNN!!! BANGUN!!!”. Ah,
mana mungkin tetangga gak bangun pake suara monster itu. Rutinitasku diulang persis
sama. Aku kerjain setengah kerjaan ibu, dan kuliah. Dosen killer hari ini sok
sokan kasi motivasi. “ikutilah takdirmu kemanapun itu”. Hahah! Rasanya ingin ketawa.
Jadi takdir bapa dosen yang sudah bapak ikuti selama ini gini ya hasilnya. Hahaha..
bacot. Sudah siang, aku pun pulang dan kerja.
04.30 PM
Aku berjalan ke parkiran untuk
ambil sepedah, hendak pulang kerja. Saat baru ingin naik sepedah, rantainya
ternyata rusak. Sial.... aku pun duduk dan membenarkan sepedaku. Tiba tiba,
segerombolan tentara berlari dijalanan. Aku kaget dan langsung sembunyi, trauma
kejadian ayah waktu itu. Mereka sedang berlari keliling kota. Huh, dasar
tentara sialan... aku pun lanjut memasang rantai sepedaku. Eh, Kijang? Kayaknya
itu kijang yang sama seperti kemarin. Dan seperti kemarin, kijang itu tiba tiba
pergi kearah hutan. Hmm, jadi ingat ayah. Dia selalu ngajarin aku sesuatu
disetiap kata katanya, walau tak kuingat semua, soalnya aku masih 4 tahun waktu
itu. Setiap aku tanya ibu soal ayah, dia selalu bilang ayah orang yang baik.
04.30 AM
Teriakan ibuku kembali
membangunkanku. Aku pun bangun dengan perasaan kesal. Satu jam, aku selesai
membantu dan bersiap kuliah. Namun, saat aku membuka pintu dan berniat menaiki
sepeda, Kijang? Seekor kijang berdiri di pagar rumahku. Apa sih
sebenernya mau si kijang ini? Mau makan? Tiba tiba kijang itu masuk mendekatiku.
Aku takut, ditambah rasa aneh yang gak bisa kujelaskan. Kali ini kijang itu
tidak begitu saja pergi. Aku berdiri, dan pelan-pelan melewati kijang itu. Sepedaku
kutinggalkan. Anehnya, kijang itu terus mengikutiku. Aku pergi, ke arah kampus,
tapi kijang itu tidak meninggalkan rumahku dan terus menatap ke arahku. Apa maksudnya
ini? apa dia ingin aku mengikutinya? . kijang itu pergi ke arah hutan. “ikutilah
takdirmu kemanapun itu” . ah, apa boleh buat, kijang ini selalu hadir didepanku.
Aku harus cari tahu apa maksudnya. Jadi kuikuti
dia ke hutan.
06.00 AM
Hmm... setiap hari aku selalu
melihat hutan ini, melewati hutan ini, tapi tak pernah terpikir untuk
memasukinya. Sudah jauh aku mengikuti kijang itu, dengan berlari. Sial,
harusnya kubawa sepeda. Tengah hutan, makin tengah, makin dalam kebawah. Ini masih
pagi, tapi sangat gelap disini. Cahaya tertutup pohon pohon, dan disini
sepertinya dalam. Eh, sebentar, dimana kijang itu? Aku bingung. Tiba tiba
kijang itu terlihat diatas tumbukan sesuatu. Aku berjalan kearahnya. Kenapa kijang
itu berdiri diatas batu batuan? Sebentar, itu bukan batubatuan... TENGKORAK!!? Aku
jatuh seketika.
05.30 AM
Mataku terbuka sedikit sedikit. Aku
masih ditempat yang sama, terkapar didepan tengkorak tengkorak. Apa aku pingsan
tadi? Kijang itu masih ada diatas tengkorak tengkorak itu. Masih ada bekas
baju militer dibadan tengkorak tengkorak itu. Apa ini bangkai tentara
tentara bekas perang? Aku berusaha berdiri. Aku mencoba mendekati tengorak
tengkorak itu. tiba-tiba mataku terbelalak kaget. Aku habis napas. Ada sesuatu
yang membuatku takut setengah mati. Apa itu pisau pisau bermata dua di tubuh
tubuh mayat mayat itu!? sebentar pisau bermata
dua.... aku mencoba mengingat
sesuatu, dan tiba tiba hal yang menakutkan terlintas di pikiranku. APA BENAR!? Aku
mengalihkan perhatianku ke arah kijang itu.
“ayah?”
Komentar
Posting Komentar