Kijang - Cerpen Karya Ahmad Fauzan



Terbunuh. Kumpulan tentara menghajar habis-habisan ayahku yang tidak salah apa apa. Aku hanya bisa melihat dari retakan tembok rumahku. Aku masih 4 tahun. Ayah hanya meninggalkanku sebuah pisau dua mata yang sudah banyak dia buat. Aku takut.
              

            04.30 AM
“OJANNN!!! SINI KAMU!” suara ibu membangunkanku saat sedang enak-enaknya tidur. “OJANNNN!!! CEPAT!!” tambahnya. ‘oojan cepat’ tiruku mengejek sambil berusaha turun dari tempat tidur. Menjadi anak tunggal emang ngeselin. Umurku sudah
20 tahun, tapi hidup masih gini gini aja. Harus kuliah, pr numpuk, pacar ga dapet dapet, dan yang paling bikin males, ibu selalu nyuruh aku... “OJAAA..” , “IYAAAA MAMAAAAAHHHHH!!!!!!! BENTARRR OJAN BARU BANGUN! SABAR DIKIT NAPA SIH!?” teriakku dengan emosi yang udah ga kekontrol. “yaudah sih, biasa aja dong” kata ibuku yang kayanya jadi takut. Huh... ini masih jam setengah lima, tetangga tetangga aja masih pada tidur. Aku? Harus nyuci baju,nyuci piring, nyapu, abis itu mandi buat kuliah, abis kuliah kerja, malemnya kerjain pr. PUSING!!

02.00 PM
Tadi dosen apa apaan sih... nyuruhnya ngerjain sampe nomer 45 aja, eh malah ditagih 200! Dasar bapak kumis tebel! . Habis kuliah aku kerja jadi pelayan di restoran ramen. Padahal aku pengen jadi gojek aja, cuma boro boro punya motor, sepeda aja rusak mulu. Harusnya sih gak kaya gini. Harusnya ayah yang kerja, hmmm... jadi ingat kejadian itu. Apa sih masalah tentara tentara itu sampai menghajar ayah? Dia selalu dirumah ko, dia tidak mungkin melakukan kejahatan.

04.30 PM
Akhirnya selesai juga. Berkerja membuatku ingat dengan ayahku lagi. Tidak begitu banyak memori sebenarnya tapi entah kenapa perasaan ini selalu dekat denganku. Maaf ayah, aku gabisa apa apa waktu itu. Eh... kijang? Seekor kijang tiba tiba menatapku 10 meter didepanku. Aku terpaku, kebingungan. Loh, kok kijang bisa ada di komplek kaya gini? Aku terdiam, kijang itu pergi dengan sendirinya. Dia pergi kearah hutan. Hm.. dunia memang aneh... aku pun pulang.

04.30 AM
“OJAAANNNNN!!! BANGUN!!!”. Ah, mana mungkin tetangga gak bangun pake suara monster itu. Rutinitasku diulang persis sama. Aku kerjain setengah kerjaan ibu, dan kuliah. Dosen killer hari ini sok sokan kasi motivasi. “ikutilah takdirmu kemanapun itu”. Hahah! Rasanya ingin ketawa. Jadi takdir bapa dosen yang sudah bapak ikuti selama ini gini ya hasilnya. Hahaha.. bacot. Sudah siang, aku pun pulang dan kerja.

04.30 PM
Aku berjalan ke parkiran untuk ambil sepedah, hendak pulang kerja. Saat baru ingin naik sepedah, rantainya ternyata rusak. Sial.... aku pun duduk dan membenarkan sepedaku. Tiba tiba, segerombolan tentara berlari dijalanan. Aku kaget dan langsung sembunyi, trauma kejadian ayah waktu itu. Mereka sedang berlari keliling kota. Huh, dasar tentara sialan... aku pun lanjut memasang rantai sepedaku. Eh, Kijang? Kayaknya itu kijang yang sama seperti kemarin. Dan seperti kemarin, kijang itu tiba tiba pergi kearah hutan. Hmm, jadi ingat ayah. Dia selalu ngajarin aku sesuatu disetiap kata katanya, walau tak kuingat semua, soalnya aku masih 4 tahun waktu itu. Setiap aku tanya ibu soal ayah, dia selalu bilang ayah orang yang baik.

04.30 AM
Teriakan ibuku kembali membangunkanku. Aku pun bangun dengan perasaan kesal. Satu jam, aku selesai membantu dan bersiap kuliah. Namun, saat aku membuka pintu dan berniat menaiki sepeda, Kijang? Seekor kijang berdiri di pagar rumahku. Apa sih sebenernya mau si kijang ini? Mau makan? Tiba tiba kijang itu masuk mendekatiku. Aku takut, ditambah rasa aneh yang gak bisa kujelaskan. Kali ini kijang itu tidak begitu saja pergi. Aku berdiri, dan pelan-pelan melewati kijang itu. Sepedaku kutinggalkan. Anehnya, kijang itu terus mengikutiku. Aku pergi, ke arah kampus, tapi kijang itu tidak meninggalkan rumahku dan terus menatap ke arahku. Apa maksudnya ini? apa dia ingin aku mengikutinya? . kijang itu pergi ke arah hutan. “ikutilah takdirmu kemanapun itu” . ah, apa boleh buat, kijang ini selalu hadir didepanku.  Aku harus cari tahu apa maksudnya. Jadi kuikuti dia ke hutan.

06.00 AM
Hmm... setiap hari aku selalu melihat hutan ini, melewati hutan ini, tapi tak pernah terpikir untuk memasukinya. Sudah jauh aku mengikuti kijang itu, dengan berlari. Sial, harusnya kubawa sepeda. Tengah hutan, makin tengah, makin dalam kebawah. Ini masih pagi, tapi sangat gelap disini. Cahaya tertutup pohon pohon, dan disini sepertinya dalam. Eh, sebentar, dimana kijang itu? Aku bingung. Tiba tiba kijang itu terlihat diatas tumbukan sesuatu. Aku berjalan kearahnya. Kenapa kijang itu berdiri diatas batu batuan? Sebentar, itu bukan batubatuan... TENGKORAK!!? Aku jatuh seketika.

05.30 AM
Mataku terbuka sedikit sedikit. Aku masih ditempat yang sama, terkapar didepan tengkorak tengkorak. Apa aku pingsan tadi? Kijang itu masih ada diatas tengkorak tengkorak itu. Masih ada bekas baju militer dibadan tengkorak tengkorak itu. Apa ini bangkai tentara tentara bekas perang? Aku berusaha berdiri. Aku mencoba mendekati tengorak tengkorak itu. tiba-tiba mataku terbelalak kaget. Aku habis napas. Ada sesuatu yang membuatku takut setengah mati. Apa itu pisau pisau bermata dua di tubuh tubuh mayat mayat itu!? sebentar pisau bermata  dua....  aku mencoba mengingat sesuatu, dan tiba tiba hal yang menakutkan terlintas di pikiranku. APA BENAR!? Aku mengalihkan perhatianku ke arah kijang itu.
“ayah?”

Komentar